Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Putut Aryo Saputro yang dilakukan di Kabupaten Batang.
Demokratiasi & Representasi Popular Studi-Kasus-Kabupaten-Batang (1)
Posted in Artikel, tagged demokrasi, demokrasi lokal, Kabupaten Batang, Lakpesdam NU Batang, Laskar Batang, Omah Tani, pelayanan publik, UPKP2, yoyok riyo sudibyo on 13 September 2018| Leave a Comment »
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Putut Aryo Saputro yang dilakukan di Kabupaten Batang.
Demokratiasi & Representasi Popular Studi-Kasus-Kabupaten-Batang (1)
Posted in Artikel, tagged bahasa, bahasa gaul, bahasa prokem, Batang, sinjab, Slank on 13 September 2018| Leave a Comment »
Artikel ini dimuat di Jurnal Sastra Indonesia – UNNES (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi)
Posted in Artikel, tagged desa, desa berdikari, Kabupaten Batang, Lakpesdam NU Batang, Laskar Batang, LINIDA, pelayanan publik, UPKP2, UU Desa on 12 September 2018| Leave a Comment »
By Ilham B. Saenong,
Program Director Transparency International Indonesia
Linida, as beautiful it may sound is not somebody’s name, nor a government project. It do resembles what a person needs and complements what government should do when it cannot do it the right way without citizen participation. It is a story of people engagement in negotiating their demands to shape development planning and improve public services in Batang district, Indonesia.
Considering most public services are provided by local government after decentralization, open government commitments considered by many will fail to reach the majority of citizens if only implemented at the national level. Then comes an opportunity to support the idea when the Government of Indonesia—was then the OGP chair—announced a mission to mainstream the OGP principles to the local during the OGP Summit in London October 2013. The idea has been tested in 3 pilot projects by the Open Government Indonesia (OGI) 2013 action plan with little avail on people participation. So we took over the idea and created our own local OGP initiative by promoting demand side of openness.
Posted in Catatan Terserak, Tak Berkategori, tagged doa, undip on 12 September 2018| Leave a Comment »
DOA
PELANTIKAN PENGURUS DPC IKATAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO
KABUPATEN BATANG
Batang, 8 Maret 2018
Assalaamu ‘alaikum wr.wb.
Ya Allah Tuhan Maha Pengasih yang Tak Pernah Pilih Kasih
Pada hari ini, kami bersimpuh di hadapan-Mu dengan sepenuh jiwa dan raga kami mengharap rahmat dan hidayah-Mu agar kami senantiasa dapat menapaki jalan yang Engkau ridhoi dalam seluruh gerak dan langkah kami sehari-hari.
Ya Allah Tuhan Maha Perkasa Penguasa Seluruh Alam Semesta
Karuniakan-lah kepada kami kekuatan dan kemampuan dalam mengemban amanat serta tanggung jawab sebagai Pengurus DPC Ikatan Alumni Universitas Diponegoro Kabupaten Batang agar dapat menjunjung tinggi almamater kami dan memberi manfaat kepada bangsa, negara, dan juga sesama.
Ya Allah Tuhan Maha Pemberi Rizki yang Tak Henti-Henti (lebih…)
Posted in Catatan Terserak, tagged kritik, PDAM Batang, pelayanan publik, Surat Terbuka on 12 September 2018| Leave a Comment »
Yth. Direktur PDAM Batang
Assalaamu ‘alaikum wr. wb.
Salam sejahtera saya sampaikan kepada Bapak semoga senantiasa dalam limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Bapak Direktur yang saya hormati,
Saya adalah pelanggan “setia” PDAM Batang sejak tahun 2005. Saya berani mendaku sebagai pelanggan setia karena saya hanya mengandalkan air dari PDAM Batang untuk memenuhi kebutuhan air saya sekeluarga. Selain itu, sebagai pelanggan saya merasa hampir tidak pernah terlambat membayar biaya langganan setiap bulan. Kalaupun sesekali terlambat, saya juga dengan ikhlas membayar denda atas keterlambatan tersebut.
(lebih…)
Posted in Artikel, tagged gus dur, gusdurian, kesederhanaan gus dur, pluralisme, pribumisasi islam, ultah on 12 September 2018| Leave a Comment »
Ketika diminta teman-teman Gusdurian Batang untuk menulis esai singkat tentang kesederhanaan Gus Dur yang terlintas pertama kali di benak saya adalah sebuah paradoks. Ya, Gus Dur adalah sebuah paradoks kesederhanaan dalam kompleksitas.
Memahami kesederhanaan Gus Dur berarti juga harus mau menyelami kompleksitas pemikiran, sikap, dan tindakan Gus Dur. Sebagai tokoh yang mewarisi darah biru keulamaan dari kakek dan ayahandanya, Gus Dur tidak hanya menampakkan wajah keislaman saja namun juga memancarkan spektrum kebangsaan dan kemanusiaannya secara luas.