Ibuku mempunyai kebiasaan yang menurutku cukup aneh setiap kali Lebaran tiba. Kubilang aneh karena kebiasaan itu berbeda dengan umumnya kebiasaan orang lain dalam menyambut Lebaran. Biasanya, orang-orang setiap selesai salat Idul Fitri bersilaturrahim ke rumah sanak-saudara yang masih hidup atau berziarah ke kuburan keluarga yang telah meninggal.
Tetapi tidak dengan ibuku. Setiap selesai salat Idul Fitri, ibu selalu mengajak seluruh anak-anaknya, aku dan dua kakak laki-lakiku, pergi ke laut. Ya, ke laut yang terletak sekitar lima belas menit perjalanan menggunakan sepeda motor dari rumahku. Tidak pernah ada yang berani membantah atau menentang kebiasaan ibu yang satu ini termasuk kedua kakak laki-lakiku.
Mereka sepertinya tidak memiliki keberanian untuk menentangnya. Bahkan, hanya untuk mempertanyakan alasannya saja mereka tidak berani. Padahal biasanya mereka paling malas jika harus mengantarkan ibu pergi. Hingga usiaku yang ke-16 ini, kebiasaan itu masih saja tetap dilakukan ibu tanpa ada yang pernah membantah atau menentangnya.
Sebenarnya tidak ada yang dilakukan ibuku saat di laut atau lebih tepatnya di pantai itu. Ibu hanya berdiri atau kadang duduk termenung menatap deburan ombak yang berkejar-kejaran sebelum akhirnya berlabuh di bibir pantai yang hitam. Bila sudah seperti itu, aku dan kakak-kakakku tidak ada yang berani mendekati ibu. Lebih tepatnya, tidak peduli dengan apa yang dilakukan ibu.