Feeds:
Pos
Komentar

Nikmat kopi setelah 14 hari sangat terasa begitu kuhirup dan kusruput pagi ini. Empat belas hari sudah kujalani isolasi mandiri dengan mengurung diri di kamar dan rumah. Alhamdulillah, hari ini indera penciuman dan pengecap yang sempat hilang sudah berfungsi normal meskipun butuh waktu yang relatif lama.
Aku sengaja tidak berkabar di FB karena linimasa medsos kita sudah terlalu banyak dibanjiri kabar duka dan kesakitan akhir-akhir ini. Aku tidak ingin menambah kesedihan. Aku ingin berbagi kegembiraan dan kesembuhan.
Aku bersyukur “hanya” mengalami gejala ringan seperti anosmia, batuk, dan bercak kemerahan di kulit.
Aku sudah divaksin secara penuh. Aku ga tau apakah ada hubungan sebab-akibat antara “sudah divaksin” dan “bergejala ringan” namun aku meyakini bahwa vaksinasi merupakan salah satu pilihan ikhtiar kita untuk mencegah pandemi menjadi lebih berkepanjangan.
Mengapa aku bisa terpapar dan di mana? Wallahu a’lam. Yang jelas, aku merasa memang akhir-akhir ini agak longgar dalam menerapkan prokes, khususnya mobilitas di luar rumah dan menghadiri kegiatan dg banyak orang.
Kunci kesembuhan adalah pikiran yang tenang, jangan panik, dan positive thinking. Takut mati? Pasti. Namun, seperti ngendikane Gus Baha’, alam dan seluruh isinya ini berpotensi membunuh kita dari segala sisi; gunung, laut, gempa bumi, banjir, angin topan, termasuk virus Corona. “Jadi, kalau ingat mati itu justru harus dengan mencintai hidup karena hidup ini adalah bekal kita untuk menghadap Allah kelak”.

Alhamdulillah a laa kulli hal …

ISOMAN #7


Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Alhamdulillah masih bisa merayakan Idul Adha bersama keluarga meskipun dalam suasana keprihatinan. Tadi melaksanakan solat Idul Adha berjamaah di rumah bersama istri dan anak-anak.
Hari ini penciuman sudah tambah kuat untuk mengenali beberapa bau meskipun entah mengapa sistem memorinya blm bisa tepat. Misalnya bau minyak kayu putih sudah berhasil tercium tp ak merasa baunya bukan seperti yg kucium saat ini. Masih blm match antara apa yg tercium dg apa yg tersimpan di otak. Demikian pula dg bau parfum yg biasa kupakai setiap hari. Sdgkan untuk rasa, yang sudah cukup kuat kurasakan adalah rasa asin.

ISOMAN #6


Hari adalah hari ketujuh aku melakukan isoman. Kemarin aku tidak sempat menulis karena males dan mengantuk. Sepertinya efek obat yg kmrn dibelikan adik. Paket obat Covid-19 yg terdiri dari lima jenis yaitu antibiotik, obat flu dan multivitamin (C dan D) seharga 150.000 rupiah. Antiobiotiknya sudah tidak kuminum pagi ini karena menurut apotekernya kalau sudah merasa baikan bisa dihentikan.
Anosmianya masih belum sembuh. Masih belum bisa mencium bau dan rasa apapun. Walaupun secara umum aku merasa lebih sehat daripada hari-hari sebelumnya. Dahak yang terasa ngganjel sudah jauh berkurang. Batuk yg kemarin juga sempat mengganggu, Alhamdulillah hari ini sudah tidak lagi terasa berat.
Ya Allah, aku bersyukur atas segala nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan keluargaku di tengah situasi dan kondisi pandemi seperti ini. Tanpa rahmat dan kasih sayang-Mu, kami hanyalah butiran debu yang tidak ada apa-apanya dibandingkan seluruh ciptaan-Mu.
Jadikanlah sakit dan sehatku menjadi jalan menuju keridhaan-Mu … Aamiin.

18072021 : 09.10

ISOMAN #5


Hari Jumat (16/7/2021) ini aku tidak solat Jumat karena aku meyakini bahwa dalam kondisi yang kurasakan saat ini haram bagiku untuk solat berjamaah karena dikhawatirkan justru akan menularkan kepada orang lain.
Secara umum, kondisiku sehat. Hanya saja, dari semalam mulut dan tenggorokan rasanya tidak enak. Seperti ada dahak yang mengganjal di dalam mulut dan tenggorokan. Hal ini kemudian membuat rasa gatal yang memicu batuk. Perbanyak minum air putih hangat menjadi satu cara untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut. Makan buah-buahan yang mengandung banyak cairan seperti melon dan mangga juga cukup membantu mengurangi rasa tidak enak di rongga mulut.

Satu terapi lagi yg kupraktikkan untuk mempercepat pemulihan khususnya gejala anosmia adalah dengan cuci hidung menggunakan cairan NaCl. Semua mmg butuh waktu dan proses disertai dengan doa agar mendapatkan hasil sesuai harapan yaitu kesembuhan.

Siang ini, sepertinya aku mulai bisa mencium bebauan. Aroma khas mnyak kayu putih mulai bisa kucium meski masih sangat samar dan tipis. Memoriku sepertinya masih mencoba mengingat-ingat kembali aroma tersebut.

ISOMAN #4


Pagi ini terasa lebih enakan. Rasa bengel di pangkal hidung jauh berkurang. Dahak juga mulai banyak yang bisa dikeluarkan. Namun, indera penciuman dan pengecap masih mati rasa. Nafsu makan terasa lebih berlipat. Semua makanan masuk meski tak ada rasa. Sesekali rasa pedas dan asin terasa di ujung lidah, selebihnya hambar. Aku sengaja menuruti “semua nafsu makanku” sambil membayangkan bau dan rasa dari makanan yang kuinginkan. Katanya, itu termasuk cara untuk merangsang kembalinya indera penciuman dan pengecap.
Selama menjalani isoman, hampir seluruh waktu kuhabiskan di dalam kamar. Makan, solat, dan bekerja kulakukan di dalam kamar. Keluar kamar hanya untuk urusan ke kamar mandi dan berjemur.
Isoman benar-benar membuat aku berhenti sejenak dari aktivitas di luar rumah. Fase berhenti ini menjadi penting dalam kehidupan kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk ‘istirahat’ sebentar. Dalam Islam, konsep ini ada dalam praktik beribadatan, bahkan beberapa di antaranya menjadi rukun dalam pelaksanaannya. Puasa mengharuskan tubuh kita berhenti makan dan minum. Dalam solat, ada tuma’ninah di tiap gerakannya. Saat membaca Al Qur’an ada tanda waqof dan saktah yg mengharuskan kita berhenti dan menahan napas. Ketika berhaji, ada wukuf yang menjadi puncak ibadahnya. Pada waktu ‘berhenti’ tersebut, kita seharusnya merenungi segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah khususnya nikmat kesehatan yang benar-benar tak ternilai dg apapun dan memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan.
Hanya berkat rahmat Allah semata kita dikarunia hidup dan kesehatan. Alhamdulillah